-Stevanny Widya
Ada seorang gadis kecil
Yang sangat mencintai alunan sebuah nada demi nada puisi
Tiap berkhayal, sangatlah luas
setiap ku tatap gigil wajahnya
Ia selalu membalas tatapan gigilku dengan tawa riangnya
entah sebuah ejekkan atau kah, entahlah!!!
terkadang aku muak tiap bertemu dengannya
Sering tertawa tak jelas apa yang Ia tertawakan
tapi Ia cantik, Ia tak berjalan dengan halus tetapi melompat jejak demi
jejak, melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak.
Heh, Adik cantik!!!
Sapa ku dari kejauhan
Ia berbalik tapi tak berucap sekata pun.
Aku mengejarnya
Namun sia-sia saja, Ia melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak.
Setiap hari pun terjadi sedemikian hari kemarin,
Akhirnya tak kuasa aku untuk bersabar,
Ia datang saat aku tak berprasangka buruk tentang nya
Ia melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak, melompat jejak
demi jejak setiap kali aku berprasangka buruk terhadap gadis kecil itu.
suatu malam, ketika gemuruh ombak kecil di pinggir pantai dengan lampu
samar-samar yang tak terlalu menerangi, gadis kecil memangku selembar
kertas usang, menggenggam erat sebuah pena, kata demi kata Ia ukir, aku
melihatnya!!! aku mendapatinya!!! dan aku mendekatinya sambil melompat
jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak,
sunggu malang.
Gadis kecil itu ternyata hidup sendiri, Ia mencerita
kan kepadaku tetapi tak menggunakan bibir yang sepantasnya Ia fungsikan,
sebab, Ia tak dapat berbicara seperti gadis kecil sebaya nya.
Hati ku seakan ingin menangis, ketika aku tau dia hanya bisa berbicara dengan puisi.
Sebab, ketika tak ada lagi kesempatan yang bisa Ia daki nya, Ia hanya
meluangkannya dengan sebuah kertas dan pena, ketika ia berbicara, puisi
lah yang berbicara tentang perasaannya yang mendalam.
"Aku ingin menjadikan dunia ini terharu melihatku, karena kisahku adalah nyata"
Lantas setelah gadis itu mengungkapkan 1 bait itu di selembar sajaknya,
Ia pergi dengan melompat jejak demi jejak, melompat jejak demi jejak,
melompat jejak demi jejak.
Dan aku pahami, bahwa ketika puisi berbicara aku akan terbisu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar